Wabah virus corona saat ini benar benar menjadi horor bagi Amerika Serikat, di mana dalam sehari sudah hampir 2.000 orang meninggal dunia. Negeri yang dipimpin oleh Donald Trump itu mencatatkan kasus Covid 19 tertinggi di dunia yang hingga Rabu (9/4/2020) mencapai 400.540 kasus yang merenggut nyawa 12.857 orang. Di seluruh penjuru dunia hingga Rabu (9/4/2020) tercatat 1.431.973 kasus Covid 19 yang merenggutnyawa 82.085 orang.
Hari Selasa (8/4/2020) atau Rabu WIB menjadi hari yang paling mematikan dalam sejarah Amerika pascaserangan teroris 11 September 2001. Hampir 2.000 warga Amerika meninggal terinfeksi virus corona dalam 24 jam terakhir, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins. 731 kematian terjadi negara bagian New York, yang mencatatkan 142.384 kasus Covid 19 di mana 5.489 orang meninggal.
Jumlah kasus Covid 19 New York ini sudah mengalahkan kasus Covid 19 Spanyol 141.942 dengan angka kematian 14.045 orang dan Italia mencatatkan 135.586 kasus Covid 19 dengan angka kematian 17.127 orang. Atau jumlah kematian pasien Covid 19 di New York melampui serangan teroris 11 September 2001. Serangan teroris 11 September 2001 mengakibatkan 2.753 orang tewas di New York atau 2.977 orang secara keseluruhan di Amerika, ketika pesawat yang dibajak menabrak Menara Kembar New York, Pentagon dan lapangan Pennsylvania.
Melansir Reuters, Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan 731 kematian baru pada hari Selasa menandai peningkatan dari 599 kematian baru pada hari sebelumnya. Sementara, rawat inap baru naik hampir dua kali lipat menjadi 656, bertentangan dengan tren beberapa hari terakhir yang oleh Cuomo disebut sebut sebagai kemungkinan “perataan kurva”. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam bakal memotong anggaran Badan Kesehatan Dunia ( WHO).
Menurut presiden 73 tahun itu, otoritas kesehatan di bawah PBB itu bersikap bias terhadap China selama berlangsungnya wabah virus corona. Kepada awak media, Trump menyatakan dia akan "menahan dana berdasarkan kewenangannya" anggaran WHO, yang myoritas bersumber dari AS. "Kami akan menahan uang yang dihabiskan untuk badan kesehatan WHO," ujar presiden dari Partai Republik itu, seperti dikutip AFP Selasa (7/4/2020).
Dia tidak memberikan rincian berapa persen anggaran yang dia tahan. Beberapa menit kemudian, dia mengklarifikasi pernyataannya. "Saya tidak menyatakan akan langsung melakukannya.
Kami akan meninjaunya pada akhir masa pendanaan," lanjut suami Melania tersebut. Jika merujuk kepada ucapan sang presiden, alasan karena pendanaan WHO dipersulit karena mereka terlalu bias kepada China selama virus corona mewabah. Komentarnya itu merujuk kepada kicauannya di Twitter, di mana dia menuduh organisasi yang dipimpin Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus itu terlalu "China sentris".
Dia mempertanyakan mengapa induk kesehatan dunia itu memberikan "rekomendasi yang salah", nampaknya sikap kontra WHO terhadap pembatasan akses penerbangan ke Negeri "Panda". "Untungnya, saya menentang saran mereka agar membiarkan perbatasan terbuka terhadap China," ujar Trump, menilik pada keputusannya Februari lalu. Beijing mendapat serangan dari Washington, terutama kalangan Republikan, tentang penanganan mereka atas wabah Covid 19 tersebut.
Presiden ke 45 AS itu bahkan mempertanyakan akurasi data yang dilaporkan, membuat Beijing geram dan balik menyindir AS tak belajar dari pengalaman. Meski begitu, sang presiden juga mendapat kritik karena dianggap meremehkan potensi mengerikan yang dibawa virus bernama resmi SARS Cov 2.