Bukan Karena Sakit Jantung atau Meninggal, Kim Jong Un Diduga Kena Musibah Lain Saat Uji Coba Nuklir
Bukan sakit karena selesai operasi jantung apalagi meninggal duna, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un malah dikabarkan sakit karena hal lain. Seorang mantan pejabat tinggi Korea Utara menduga Kim Jong Un kemungkinan terluka saat menghadiri uji coba rudal Korut. Lee Jeong Ho eks pejabat Room 39 sebuah organisasi yang dijalankan Partai Buruh Korea Utara mengatakan, Kim Jong Un mungkin terluka beberapa hari lalu.
Pada 14 April Korea Utara meluncurkan beberapa rudal anti kapal jarak pendek ke laut, dan jet Sukhoi menembakkan rudal dari udara ke daratan dalam latihan militer. Latihan ini dikonfirmasi Korea Selatan. Dilansir dari Mirro r pada Senin (27/4/2020), Lee yang membelot ke Amerika Serikat mengatakan, uji coba itu tidak akan berjalan tanpa perintah dari panglima tertinggi. Ia menyiratkan, Kim harus cukup sehat untuk memimpin uji coba rudal yang diluncurkan pukul 07.00 pagi waktu setempat.
Lebih lanjut Lee menerangkan, "Kim absen dari laporan tes, sementara tidak ada rekaman peluncuran rudal dan pelatihan pesawat tempur yang dirilis, menunjukkan kemungkinan kecelakaan tak terduga disebabkan puing puing atau api." Mantan pejabat itu mengatakan, rekaman tes tidak akan diizinkan disiarkan tanpa instruksi dari Kim Jong Un, yang memicu dugaan Sang Pemimpin Tertinggi telah terluka. Beberapa petinggi negara atau sumber mengklaim Kim Jong Un meninggal, lalu sumber lain mengatakan dia dalam keadaan vegetatif atau koma, tetapi pada Minggu (26/4/2020) dikatakan dia "masih hidup dan sehat".
Lee meyakini kabar Kim Jong Un koma setelah operasi jantung tidak mungkin. Korea Utara tidak pernah mengumumkan siapa yang akan menjadi penerus Kim Jong Un jika dia tak lagi menjabat, dan hanya ada sedikit rincian yang diketahui tentang anak anaknya yang masih kecil. Para analis meyakini adik perempuannya, Kim Yo Jong, dan para loyalis dapat membentuk pemerintahan sementara sampai seorang penerus cukup dewasa untuk mengambil alih kekuasaan.
Kim Yo Jong (31) dipromosikan menjadi kepala departemen propaganda Partai Buruh Korea pada Oktober 2017. Kim Jong Un menjadi pemimpin Korea Utara ketika ayahnya, Kim Jong Il, meninggal pada 2011 karena serangan jantung. Setiap perubahan di singgasana pemimpin Korea Utara telah meningkatkan peluang kekosongan pemerintahan atau runtuhnya dinasti Kim, yang telah memerintah negara itu sejak didirikan pada 1948.
Sejauh ini masing masing dari tiga Kim yang memimpin Korut telah memupus harapan itu, dan menerapkan kekuasaan tangan besi. Namun di bawah komando Kim Jong Un, gudang senjata nuklir dan rudal balistik Korea Utara telah tumbuh secara substansial, memicu kekhawatiran tentang siapa yang akan mengendalikannya jika Kim Jong Un tiada.